Sunday, November 11, 2007

KOTAK BERISI KASIH

Suatu hari ketika seorang ayah membeli beberapa gulung kertas bungkusan hadiah, anak perempuannya yang masih kecil dan manja sekali, meminta satu gulung.

“Untuk apa?” tanya si ayah.

“Untuk bungkus hadiah” jawab si kecil.

“Jangan dibuang-buang ya.” pesan si ayah, sambil memberikan satu gulungan kecil.


Keesokan harinya, pagi-pagi sekali si kecil sudah bangun dan membangunkan ayahnya, “Yah, Ayah…….. ada hadiah untuk Ayah.”

Si ayah yang masih menggeliat, matanya pun belum lagi terbuka sepenuhnya menjawab, “Sudahlah…. nanti saja.”

Tetapi si kecil pantang menyerah, “Ayah, Ayah, bangun Ayah, sudah pagi.”

“Eh… kenapa sih ganggu ayah… ini masih terlalu pagi untuk bangun.”

Ayah memandang sebuah bungkusan yang telah dibalut dengan kertas pembungkus yang diberikan semalam.

“Hadiah apa ni?”

“Hadiah ulang tahun untuk Ayah. Bukalah Yah, buka sekarang.”

Dan si ayah pun membuka bungkusan itu.

Ternyata di dalamnya hanya sebuah kotak kosong. Tidak berisi apa pun juga.

“Eh.. kenapa kosong?? Tak ada isi di dalamnya. Kan Ayah sudah bilang jangan buang-buang kertas bungkusan Ayah. Membazir!”

Si kecil menjawab, “Tidak Ayah….., itu ada isinya… Tadi kan, Puteri masukkan banyak sekali ciuman untuk Ayah ke dalam kotak itu”

Si ayah merasa terharu, dia mengangkat anaknya. Dipeluk dan diciumnya.

“Puteri, Ayah belum pernah menerima hadiah seindah ini. Ayah akan selalu menyimpan hadiah ini. Ayah akan bawa ke kantor dan kalau sewaktu-waktu perlu ciuman Puteri, Ayah akan mengambil satu. Nanti kalau kosong diisi lagi ya!”


Kotak kosong yang sesaat sebelumnya dianggap tidak berisi, tidak memiliki nilai apa-apa pun, tiba-tiba terisi, tiba-tiba memiliki nilai yang begitu tinggi.

Lalu, walaupun kotak itu memiliki nilai yang sangat tinggi di mata si ayah, namun di mata orang lain tetap juga tidak memiliki nilai apa pun. Orang lain akan tetap menganggapnya sebuah kotak kosong.


Kosong bagi seseorang boleh dianggap penuh oleh orang lain. Sebaliknya, penuh bagi seseorang bisa dianggap kosong oleh orang lain. KOSONG dan PENUH - kedua-duanya merupakan produk dari “fikiran” anda sendiri. Sebagaimana anda memandangi hidup demikianlah kehidupan anda. Hidup menjadi berarti, bermakna, karena anda memberikan arti kepadanya, memberikan makna kepadanya. Bagi mereka yang tidak memberikan makna, tidak memberikan arti, hidup ini ibarat sebuah kotak yang kosong………..

Monday, November 5, 2007

Empati Via Kritik

Salah satu unsur cinta dewasa adalah empati, mengambil kepentingan pihak yang kita cintai menjadi concern kita. Kalau kekasih kita haus, kita yang gugup mencari air minum. Kalau kekasih kita terluka, perasaaan kita yang mengucurkan darah. Kata penyair Sutardji Cohlum Bahri : "Yang terluka padamu berdarah padaku."

Cinta dewasa yang matang adalah kesediaan untuk berkorban. Kita terutama memilih berbagi duka dengan orang yang kita cintai dan menomorduakan berbagi suka. Ibaratnya : kalau kenduri, kita makan belakangan. Kalau rumah kebakaran, kita menyelamatkan diri paling akhir karena mendahulukan upaya menyelamatkan sang kekasih. Untuk hal-hal yang menyenangkan, kekasih yang kita dahulukan. Sebaliknya untuk hal yang menyengsarakan kita berdiri di garis depan.

Cinta dewasa seringkali dilematik. Sebab romantisme dikontrol oleh rasionalitas. Mencintai seorang kekasih bukan berarti kita harus menuruti apa yang ia minta. Mencintai tidak sama dengan 'njlomprongake', meskipun menuruti kemauan kekasih adalah merupakan kemesraan universal yang memang nikmat.

Dengan kata lain, cinta dewasa memerlukan sikap kritis. Setiap orang yang terlibat dalam cinta memerlukan kesanggupan untuk menyodorkan kritik kepada orang yang dicintainya. Dan itu semua tidak hanya untuk di 'emplok' mentah-mentah, tetapi untuk dimaknai dan dibicarakan bebarengan. Kalau tidak, hubungan cinta akan dipenuhi blunder-blunder ruwet. Bukankah kita tahu banyak manusia yang dijlomprongake oleh pasangannya yang tidak mengkonsumsi sikap cinta yang tidak dewasa, yakni yang menolak sikap kritis dan lebih banyak mengelak untuk diajak 'rembugan'.

Walaupun saya bukan seorang profesional dalam hal cinta, dan bukan pula titisan dewi Amor, namun menurut falsafah saya kritis dalam cinta itu perlu. Cinta dewasa dapat diwujudkan justru dengan penyelamatan atas proses hidup saya, melalui kritik-kritik, kecaman, bahkan hardikan. Betapapun itu terkadang terasa perih, tetapi rasionalitas mengontrolnya dan menguakkan rahasia bahwa itulah yang terbaik bagi pergaulan cinta antar manusia.

Hanya saja saya sering menemukan insan yang tidak memiliki kesanggupan dan kekuatan hati untuk menyelenggarakan modus yang sama, perawan Indonesia yang tertunduk dan merendam segala sesuatu dalam hati yang suci.

Panggilan Cinta

Apabila cinta memanggilmu, ikutlah dengannya, walaupun jalan yang akan kau lalui terjal dan berliku. Dan apabila sayap-sayapnya datang merengkuhmu, pasrah serta menyerahlah. Meskipun pedang yang tersembunyi di balik sayap itu akan melukaimu. Dan jika dia bicara kepadamu, percayalah, walau ucapanya akan membuyarkan mimpi-mimpimu, bagai angin topan yang memporak-porandakan taman surga. Bagaimana ia memahkotaimu, cinta juga akan menyalibmu, sebagaimana ia menumbuhkan kuncup bungamu, maka ia memotong akarmu.

Demikianlah sifat cinta, dan kesadaran akan hal itu akan menjadikan jantung kehidupan. Namun apabila hanya ego dan kesenangan yang kamu cari dalam cinta, lebih baik kamu menutup jantung hati dan menyingkir dari penempaan, memasuki dunia tanpa musim, dimana kamu dapat tergelak tanpa tawa, dan menangis tanpa air mata.

Dan cinta tidak memiliki hasrat, selain mewujudkan maknanya sendiri. Cinta tidak memiliki atau dimiliki, karena cinta telah cukup untuk dirinya sendiri. Sebab cinta adalah suatu yang egois dan mutlak keberadaanya, takkan hangus terbakar api kebencian, takkan layu oleh tajamnya sinar matahari dan takkan hancur oleh amukan badai kemurkaan. dan bukan kebencian yang menjadi musuhnya, melainkan ketidakpedulian semata.