Monday, November 5, 2007

Empati Via Kritik

Salah satu unsur cinta dewasa adalah empati, mengambil kepentingan pihak yang kita cintai menjadi concern kita. Kalau kekasih kita haus, kita yang gugup mencari air minum. Kalau kekasih kita terluka, perasaaan kita yang mengucurkan darah. Kata penyair Sutardji Cohlum Bahri : "Yang terluka padamu berdarah padaku."

Cinta dewasa yang matang adalah kesediaan untuk berkorban. Kita terutama memilih berbagi duka dengan orang yang kita cintai dan menomorduakan berbagi suka. Ibaratnya : kalau kenduri, kita makan belakangan. Kalau rumah kebakaran, kita menyelamatkan diri paling akhir karena mendahulukan upaya menyelamatkan sang kekasih. Untuk hal-hal yang menyenangkan, kekasih yang kita dahulukan. Sebaliknya untuk hal yang menyengsarakan kita berdiri di garis depan.

Cinta dewasa seringkali dilematik. Sebab romantisme dikontrol oleh rasionalitas. Mencintai seorang kekasih bukan berarti kita harus menuruti apa yang ia minta. Mencintai tidak sama dengan 'njlomprongake', meskipun menuruti kemauan kekasih adalah merupakan kemesraan universal yang memang nikmat.

Dengan kata lain, cinta dewasa memerlukan sikap kritis. Setiap orang yang terlibat dalam cinta memerlukan kesanggupan untuk menyodorkan kritik kepada orang yang dicintainya. Dan itu semua tidak hanya untuk di 'emplok' mentah-mentah, tetapi untuk dimaknai dan dibicarakan bebarengan. Kalau tidak, hubungan cinta akan dipenuhi blunder-blunder ruwet. Bukankah kita tahu banyak manusia yang dijlomprongake oleh pasangannya yang tidak mengkonsumsi sikap cinta yang tidak dewasa, yakni yang menolak sikap kritis dan lebih banyak mengelak untuk diajak 'rembugan'.

Walaupun saya bukan seorang profesional dalam hal cinta, dan bukan pula titisan dewi Amor, namun menurut falsafah saya kritis dalam cinta itu perlu. Cinta dewasa dapat diwujudkan justru dengan penyelamatan atas proses hidup saya, melalui kritik-kritik, kecaman, bahkan hardikan. Betapapun itu terkadang terasa perih, tetapi rasionalitas mengontrolnya dan menguakkan rahasia bahwa itulah yang terbaik bagi pergaulan cinta antar manusia.

Hanya saja saya sering menemukan insan yang tidak memiliki kesanggupan dan kekuatan hati untuk menyelenggarakan modus yang sama, perawan Indonesia yang tertunduk dan merendam segala sesuatu dalam hati yang suci.

No comments: